Open Access
Issue
E3S Web Conf.
Volume 348, 2022
2nd International Conference on Applied Sciences 2021 (ICAS 2021)
Article Number 00031
Number of page(s) 5
DOI https://doi.org/10.1051/e3sconf/202234800031
Published online 28 April 2022
  1. Alhansah SD. Prevalensi Mastitis Subklinis serta Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Peternak terhadap Pengendalian Mastitis Subklinis di KUNAK Bogor [Skripsi]. (IPB, Bogor, 2016) [Google Scholar]
  2. Archer SC, Green MJ, dan Huxley JN. Association Between Milk Yield and Serial Locomotion Score Assessments in UK Dairy Cows. J Dairy Sci. 93: 4045–4053 (2010) [CrossRef] [PubMed] [Google Scholar]
  3. Bhutto AL, Murray RD, Woldehiwet Z. The effect of dry cow therapy and internal teat-sealant on intra-mammary infections during subsequent lactation. Res Vet Sci. 90:316–320 (2011) [CrossRef] [PubMed] [Google Scholar]
  4. [BIF] Beef Improvement Federation. BIF Guidelines for Unifrom Beef Improvement Program. Ed ke-8. (Georgia Univ., Athena, 2011) [Google Scholar]
  5. Daryanto A. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. (PT Permata Wacana Lestari, Jakarta, 2007) [Google Scholar]
  6. [DITJENNAK] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Statistik Peternakan (Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta, 2006) [Google Scholar]
  7. Effendi H. Angka Prevalensi Bovine Mastitis dari Beberapa Peternakan Sapi Perah di Jawa Timur. (Universitas Airlangga, Surabaya, 2008) [Google Scholar]
  8. Farmer WS, Chrestman G. Dairy Cattle Judging. (Mississipi State University, Mississipi, 2006) [Google Scholar]
  9. Haerah D. Deteksi Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah Di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang [Skripsi]. (Universitas Hassanudin, Makasar, 2015) [Google Scholar]
  10. Halasa T, Nielen M, Werven TV, Hogeveen. A simulation model to calculate cost and benefits of dry period interventions in dairy cattle. J Liv Sci. 129: 80-87 (2010) [CrossRef] [Google Scholar]
  11. Hidayat AP, Effendi AA, Fuad Y, Patyadi K, Taguchi, Sugiwaka T. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di Indonesia untuk Peternak: Kesehatan Pemerahan. (Sonysugema Pressindo, Bandung, 2002) [Google Scholar]
  12. Hillerton JE, Berry EA. Treating mastitis in the cow is a tradition or an archaism. J Appl Microbiol. 98:1250-1255 (2005) [CrossRef] [PubMed] [Google Scholar]
  13. Hurley WL, Morin DE. Mastitis lesson a. lactation biology. [Internet]. [diunduh 2019 Januari 23]. Tersedia pada:http://http://ansci.illinois.edu/static/ansc438/ (2000) [Google Scholar]
  14. Ikawati A. Analisis kandungan protein dan lemak susu hasil pemerahan pagi dan sore pada peternakan sapi perah di Wonocolo Surabaya [Skripsi]. (Universitas Airlangga, Surabaya, 2011) [Google Scholar]
  15. Kumar R, Yadav BR, dan Singh RS. Genetic determinants of antibiotic resistance in Staphylococcus aureus isolates from milk of mastitic crossbred cattle. J. Curr Microbiol. 60: 379–386 (2010) [Google Scholar]
  16. Karimuribo ED, Fitzpatrick JL, Bell CE, Swai ES, Kambarage DM, Ogden NH, Bryant MJ & French NP. Clinical and subclinical mastitis in smallholder dairy farms in Tanzania: Risk, intervention and knowledge transfer. Preventive veterinary medicine (74): 83-98 (2006) [Google Scholar]
  17. Karimuribo ED, Fitzpatrick JL, Swai ES, Bell C, Bryant MJ, Ogden NH, Kambarage DM, French NP. Prevalence of subclinical mastitis and associated risk factors in smallholder dairy cows in Tanzania. Vet Rec. 163:16-21 (2008) [CrossRef] [PubMed] [Google Scholar]
  18. [LIPTAN] Lembar Informasi Pertanian. Sanitasi kandang sapi perah [Internet]. [20 Febuari 2019] Tersedia dari: http://www.deptan.go.id (2000) [Google Scholar]
  19. Lukman DW, Sudarwanto S, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono RR, Pisestyani H. Higiene Pangan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. (Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2009) [Google Scholar]
  20. Nurhayati I S. Kajian Pengendalian Mastitis Subklinis Melalui Pemberian Antibiotik pada Saat Kering Kandang di KPSBU Lembang Jawa Barat [Tesis]. (Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014) [Google Scholar]
  21. Nurhayati I, Martindah E. Pengendalian mastitis subklinis melalui pemberian antibiotik saat periode kering pada sapi perah. Wartazoa. 25(2): 65-74 (2015) [CrossRef] [Google Scholar]
  22. Prasetyo BW, Sarwiyono P. Hubungan antara Diameter Lubang Putting terhadap tingkat kejadian mastitis. J. Ternak Tropika. 14(1):15-20 (2013) [Google Scholar]
  23. Prihadi S. Dasar Ilmu Ternak Perah. (Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1997) [Google Scholar]
  24. Rahayu ID. The sensitivity of Staphylococcus aureus as mastitis pathogen bacteriae into teat dipping antiseptic in dairy cows. J Protein. 14:31-36 (2007) [Google Scholar]
  25. Rahayu. Kerugian ekonomi mastitis subklinis pada sapi perah.[Internet]. [diakses pada18 Februari 2019]. Tersedia dari: http://www.umm.ac.id/fapet/ekonomi-mastitis.hlml (2009) [Google Scholar]
  26. Raymundo LJ, Couch CS dan Harvell CD. Coral Disease Handbook: Guidelines for Assesment, Monitoring and Management. (The University of Queensland, Brisbane, 2008) [Google Scholar]
  27. Samad MA. Animal husbandry and veterinary science. Vol. II. (Bangladesh Agricultural University, Mymensingh, 2008) [Google Scholar]
  28. Septiani YN. 2013. Panjang Puting dan Periode Laktasi sebagai Faktor Predisposisi Mastitis Subklinis pada Sapi Perah di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang Kabupaten Bandung[Skripsi]. (Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2013) [Google Scholar]
  29. Sharif A, Muhammad U, Ghulam M. Mastitis control in dairy production. J Agric Soc Sci. 5(3):102-105. [Google Scholar]
  30. Siregar A Z. 2010. Pengaruh celup puting sari buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) terhadap kasus mastitis subklinis pada sapi perah berdasarkan pemeriksaan total plate count [Internet]. [diakses pada 18 Febuari 2019] Tersedia dari: http://www.fkh.unair.ac.id/artikel1/2010/ARTIKEL%20ILMIAH%20A.pdf (2009) [Google Scholar]
  31. Siregar S. Jenis Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha Sapi Perah. (Penebar Swadaya, Jakarta, 1995) [Google Scholar]
  32. Sudarwanto M. Pereaksi IPB-1 sebagai pereaksi alternatif untuk mendeteksi mastitis subklinis. Bogor (Institut Pertanian Bogor, Bogor, 1998) [Google Scholar]
  33. Sudarwanto M, Latif, Noordin M. The relationship of the Somatic cell counting to sub-clinical mastitis to improve milk quality. 1st International AAVS Scientific Conference, Jakarta, Indonesia (2006). [Google Scholar]
  34. Sudarwanto M, Sudarnika E. Hubungan antara pH susu dengan jumlah sel somatik sebagai parameter mastitis subklinis. Med Pet. 31:107-113(2008) [Google Scholar]
  35. Subronto. Ilmu Penyakit Ternak 1. (UGM Pr., Yogyakarta, 2003) [Google Scholar]
  36. Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. (Agromedia Pustaka, Jakarta, 2003) [Google Scholar]
  37. Sugiri YD dan Anri A. Prevalensi Patogen Penyebab Mastitis Subklinis (Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae) dan Patogen Penyebab Mastitis Subklinis Lainnya pada Peternakan Skala Kecil dan menengah di Beberapa Sentra Peternakan Sapi Perah di Pulau Jawa. (Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet (BP3HK), Bandung, 2010) [Google Scholar]
  38. Sunarko C. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. (BBPTU Sapi Perah Baturraden, Banyumas, 2009) [Google Scholar]
  39. Surjowardojo P. Tingkat kejadian mastitis dengan whiteside test dan produksi susu sapi perah friesien holstein. Jurnal Ternak Tropika 12: 46-55 (2011) [Google Scholar]
  40. Supar. Mastitis subklinis pada sapi perah di Indonesia: Masalah dan pendekatannya. Wartazoa. 6 (2): 48-52 (1997) [Google Scholar]
  41. Supar dan Ariyanti T. Kajian Pengendalian Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. Prosiding: Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jakarta, 2008) [Google Scholar]
  42. Sutarti E, Budiharta S, Sumiarta B. Prevalensi dan faktor-faktor penyebab mastitis pada sapi perah rakyat di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. J Sain Vet. 21:43-49 (2003) [Google Scholar]
  43. Tyler DH, Ensminger ME. Dairy Cattle Science. Ed ke-4. (New Person Practice Hall, United states, 1993) [Google Scholar]
  44. Timmereck TC. Epidemiologi, Suatu Pengantar. Edisi Terjemahan. (Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001). [Google Scholar]
  45. Walder DN. Dry cow therapy for mastitis control. (Oklahoma State University, Oklahoma, 2007) [Google Scholar]
  46. Winarso D. Hubungan Kualitas Susu dengan Keragaman Genetik dan Prevalensi Matitis Subklinis di Daerah Jalur Susu Malang sampai Pasuruan. J.Sains Vet. 26(2): 58-65 (2008) [Google Scholar]

Current usage metrics show cumulative count of Article Views (full-text article views including HTML views, PDF and ePub downloads, according to the available data) and Abstracts Views on Vision4Press platform.

Data correspond to usage on the plateform after 2015. The current usage metrics is available 48-96 hours after online publication and is updated daily on week days.

Initial download of the metrics may take a while.